Selasa, 08 Desember 2015

jamur tempe

Jamur tempe terdiri atas tiga tipe  hifa yaitu :
a. Stolon, hifa yang membentuk jaringan pada permukaan substrat (misalnya roti)
b. rizoid, hifa yang menembus substrat dan berfungsi sebagai jangkar untuk menyerap makanan
c. sporangiofor, hifa yang tumbuh tegak pada permukaan substrat dan memiliki sporangium globuler di ujungnya.


Jamur tempe ( Rhizopus oryzae) merupaakan mikro organism semi anaerob dan organism saprofit. Jamur tempe memiliki cirri utama yaitu misellium nya tidak bersekat yang juga merupakan ciri utama dari family Mucoraceae.  Jamur tempe terdiri dari misellium, sporangiophore, sporangium, dan spora yang menjadi alat perkembangbiakannya.



Jamur tempe atau yang juga disebut dengan kapang tempe, memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan butir kedelai menjadi tempe yang padat. Jamur yang biasa digunakan untuk tempe ini merupakan kelompok Zygomycota yang memang terdiri dari benang-benang hifa yang bersekat.


Rhizopus Oligosporus

Seperti telah dijelaskan bahwa jenis jamur yang lazim digunakan dalam pembuatan tempe berasal dari kelompok Zygomycota. Spesifikasi jenis jamur dari kelompok tersebut yang digunakan untuk tempe adalah Rhizopus Oligosporus dan Rhizopus Stolonifer. Namun, secara umu, jenis jamur yang paling umum digunakan oleh petani tempe adalah jenis Rhizopus Oligosporus. Jamur ini sering juga disebut dengan jamur benang. Karakteristiknya berupa koloni abu-abu dengan sedikit degradasi coklat. Ketinggian jamur tempe ini bisa mencapai 1 mm.


Rhizopus Oligosporus menghasilkan sebuah enzim bernama Fitase. Kerja enzim ini adalah memecah Fitat dan membuat komponen senyawa makro pada kacang kedelai dilebur atau dipecah menjadi kompenen mikro yang lebih sederhana. Hal ini yang menjadikan zat gizi pada tempe jauh lebih mudah untuk diolah oleh tubuh kita. Jamur ini juga bisa memfermentasikan substrat lainnya, memproduksi beberapa enzim (salah satu enzim yang diproduksi yaitu enzim golongan protase) dan bahkan bisa digunkana untuk mengolah beberapa jenis limbah.

Warna Putih Tempe

Mungkin sebagian dari Anda bertanya-tanya, dari mana datangnya warna putih pada tempe yang menyelubungi kacang kedelai. Warna putih tersebut merupakan warna alamiah yang bersumber dari pertumbuhan miselia jamur tempe atau kapang tempe. Miselia ini yang kemudian merekatkan bebijian kedelai sehingga tekstrurnya menjadi padat. Miselia ini dalam bahasa ilmiah dikenal dengan nama hifa, yakni struktur biologis berupa berkas-berkas yang sangat halus dan merupakan bagian integral vegetatif jamur. Hifa atau miselia atau miselium bisa dikatakan adalah bentuk tubuh jamur yang sebenarnya. Fungsi hifa sendiri sama seperti akar dan daun pada tumbuhan sempurna.   

Rhizopus oryzae merupakan jamur yang sering digunakan dalam pembuatan tempe. Jamur ini aman dikonsumsi karena tidak menghasilkan toksin dan mampu menghasilkan asam laktat. Rhizopus oryzae mempunyai kemampuan mengurai lemak kompleks menjadi trigliserida dan asam amino. Selain itu jamur ini juga mampu menghasilkan protease. Menurut Sorenson dan Hesseltine (1986), Rhizopus oryzae tumbuh baik pada kisaran pH 3,4-6. Pada penelitian, semakin lama waktu fermentasi, pH tempe semakin meningkat sampai pH 8,4, sehingga jamur semakin menurun karena pH tinggi kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur. Secara umum jamur juga membutuhkan air untuk pertumbuhannya, tetapi kebutuhan air untuk jamur lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri. Selain pH dan kadar air, jumlah nutrien dalam bahan juga dibutuhkan oleh jamur.

Ciri-ciri R. oryzae secara umum, antara lain ialah hifa tidak bersekat (senositik), hidup sebagai saprotrof, yaitu dengan menguraikan senyawa organik. Pembuatan tempe dilakukan secara aerobik. Reproduksi aseksual cendawan R. oryzae dilakukan dengan cara membentuk sporangium yang di dalamnya terdapat sporangiospora. Pada R. oryzae terdapat stolon, yaitu hifa yang terletak di antara dua kumpulan sporangiofor (tangkai sporangium). Reproduksi secara seksual dilakukan dengan fusi hifa (+) dan hifa (-) membentuk progamentangium. Progamentangium akan membentuk gametangium. Setelah terbentuk gamentangium, akan terjadi penyatuan plasma yang disebut plasmogami. Hasil peleburan plasma akan membentuk cigit yang kemudian tumbuh menjadi zigospora. Zigospora yang telah tumbuh akan melakukan penyatuan inti yang disebut kariogami dan akhirnya berkembang menjadi sporangium kecambah. Di dalamsporangium kecambah setelah meiosis akan terbentuk spora (+) dan spora (-) yang masing-masing akan tumbuh menjadi hifa (+) dan hifa (-).



Siklus hidup Rhizopus oryzae

Sifat-sifat Rhizopus oryzae, yaitu koloni berwarna putih berangsur-angsur menjadi abu-abu, stolon halus atau sedikit kasar dan tidak berwarna hingga kuning kecoklatan. Sporangiofora tumbuh dari stolon dan mengarah ke udara, baik tunggal atau dalam kelompok (hingga 5 sporangiofora), rhizoid tumbuh berlawanan dan terletak pada posisi yang sama dengan sporangiofora. Terdapat sporangia globus atau sub globus dengan dinding berspinulosa (duri-duri pendek), yang berwarna coklat gelap sampai hitam bila telah masak. Kolumela oval hingga bulat dengan dinding halus atau sedikit kasar. Rhizopus oryzae memiliki spora bulat, oval atau berbentuk elips atau silinder. Suhu optimal untuk pertumbuhan jamur ini adalah 350C, minimal 5-70C dan maksimal 440C. Berdasarkan asam laktat yang dihasilkan Rhizopus oryzae termasuk mikroba heterofermentatif.

Klasifikasi
Kingdom         : Fungi
Divisio             : Zygomycota 
Class                : Zygomycetes
Ordo                : Mucorales
Familia            : Mucoraceae
Genus              : Rhizopus
Species            : Rhizopus oryzae

http://aguskrisnoblog.files.wordpress.com/2011/12/picture17.jpg?w=300&h=226



Laporan Praktikum Kegiatan Frekuensi Respirasi Frekuensi Denyut Nadi

I.                   JUDUL     : Laporan Praktikum Kegiatan Frekuensi Respirasi Frekuensi Denyut Nadi

II.                TUJUAN :
Menghitung frekuensi kecepatan pernafasan dan membandingkan tingkat frekuensi pernapasan dengan kegiatan manusia

III.             DASAR TEORI
A.    Pernafasan
Pernafasan atau respirasi adalah suatu proses pengambilan oksigen, pengeluaran karbohidrat dan penggunaan energi di dalam tubuh. Manusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan.
Sistem pernapasan melibatkan beberapa organ, termasuk hidung, mulut, faring, trakea, diafragma, otot perut, dan mulut kemudian melewati faring dan laring untuk trakea. Trakea, tabung berotot membentang ke bawah dari laring, membagi di ujung bawah menjadi dua cabang yang disebut bronkus primer. Setiap bronkus memasuki paru-paru, di mana ia kemudian membagi ke saluran pernapasan sekunder, bronkiolus dan akhirnya duktus alveolar mikroskopis, yang berisi banyak kantung-kantung kecil yang disebut alveoli. Alveoli dan kapiler bertanggung jawab untuk pertukaran oksigen dan karbon dioksida.
Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari. Dalam keadaan tubuh bekerja berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan pun menjadi berlipat-lipat kali dan bisa sampai 10 hingga 15 kali lipat. Ketika oksigen tembus selaput alveolus, hemoglobin akan mengikat oksigen yang banyaknya akan disesuaikan dengan besar kecil tekanan udara.
Pada pembuluh darah arteri, tekanan oksigen dapat mencapat 100 mmHg dengan 19 cc oksigen. Sedangkan pada pembuluh darah vena tekanannya hanya 40 milimeter air raksa dengan 12 cc oksigen. Oksigen yang kita hasilkan dalam tubuh kurang lebih sebanyak 200 cc di mana setiap liter darah mampu melarutkan 4,3 cc karbondioksida / CO2. CO2 yang dihasilkan akan keluar dari jaringan menuju paruparu dengan bantuan darah.
Kecepatan pernapasan pada wanita lebih tinggi daripada pria. Bernafas secara normal memiliki urutan yang dimulai dari ekspirasi yang disusul oleh inspirasi, kemudian istirahat sebentar.
Kecepatan normal setiap menit:
1.      Bayi baru lahir                   : 30-40 kali per menit
2.      Dua belas bulan                 : 30 kali per menit
3.      Dua sampai lima tahun      : 24 kali per menit
4.      Orang dewasa                    : 10-20 kali per menit

B.     Denyut Nadi
Denyut jantung juga merupakan gambaran kebugaran kita. Saat kita bergerak, otot yang bekerja memerlukan pasokan oksigen untuk mengolah energi yang didapat dari makanan. Udara yang dihirup oleh paru, dihantarkan darah menuju jantung, kemudian oleh jantung dipompakan keseluruh tubuh, terutama pada otot yang bekerja.
Otot, terutama anggota gerak tubuh, bisa kita kendalikan. Makin banyak otot yang bekerja, makin banyak kebutuhan oksigen, makin besar kekerapan denyut jantung kita perlukan. Jadi, secara tak langsung kita dapat mengendalikan denyut jantung. Sisi baiknya, selain dipergunakan untuk petanda kebugaran, denyut nadi bisa menjadi panduan dosis olahraga.
Cara mengukur denyut jantung adalah dengan kita menghitung denyut nadi pada pergelangan tangan atau arteri di leher menggunakan jari tangan.
Denyut nadi bukanlah suatu nilai yang terpatok, ukurannya merupakan range, terendah saat istirahat, tertinggi saat kita bekerja paling keras. Nadi terendah merupakan denyut nadi saat bangun tidur, belum melakukan aktivitas. Denyut nadi tertinggi diperoleh dengan jentera lari atau sepeda dengan pengawasan dokter. Namun, kita bisa memperoleh denyut nadi maksimal prediksi, yaitu dengan menggunakan perhitungan: 220 - umur. Nilai prediksi ini merupakan rujukan untuk 100%. Untuk seseorang berusia 40 tahun, maka nilai prediksi maksimalnya: 220 - 40= 180 kali per menit

IV.             ALAT DAN BAHAN
1.      Alat tulis
2.      Arloji atau stopwatch
3.      Siswa

V.                LANGKAH KERJA
1.      Lakukan pengukuran dan pencatatan pada siswa mengenai frekuensi denyut jantung dan frekuensi pernafasan. Hal ini di anggap sebagai keadaan mula-mula.Salah satu pasangan harus menghitung jumlah nafas yang diambil per menit, sedangkan teman lain melayani sebagai subjek percobaan (eksperimen). Hitunglah frekuensi nafas per menit dalam keadaan tubuh santai (istirahat),  setelah berlari-lari kecil ± 4 menit, dan setelah naik turun tangga 2-3 menit. Dalam waktu yang bersamaan, anggota lain dalam tim menghitung frekuensi denyut nadi.
2.      Kegiatan pertama, siswa bersantai. Letakkan jari telunjuk dan jari tengah pada sisi luar tangan, arah terletak ibu jari. Cari urat pergelangan tangan, kemudian geser sedikit ke arah luar. Tekan ringan. Hitung denyut nadi selama satu menit dengan menggunakan arloji atau stopwatch. Catat frekuensi denyut nadi. Siswa juga menghitung frekuensi pernafasannya selama satu menit dengan menggunakan arloji atau stopwatch. Catat frekuensi pernafasan.
3.      Kegiatan kedua, siswa berlari-lari di tempat kurang lebih 5 menit atau hingga merasa lelah. Kemudian lakukan pengukuran frekuensi denyut nadi dan frekuensi pernafasan. Catat hasil pengukuran.
4.      Kegiatan ketiga, siswa melakukan naik-turun tangga kurang lebih 3 menit atau hingga merasa lelah. Kemudian lakukan pengukuran frekuensi denyut nadi dan frekuensi pernafasan. Catat hasil pengukuran.
5.      Semua pengamatan dimasukan ke dalam tabel.




VI.             DATA HASIL KEGIATAN
Adhelia           (02)
No
Aktifitas
Frekuensi respirasi
Frekuensi denyut nadi
Keterangan
Sebelum
sesudah
sebelum
sesudah
1
Biasa/normal
13
-
89
-
Normal
2
Lari-lari kecil
13
39
89
110
Normal
3
Naik turun tangga
13
45
89
140
Normal
Aisya   (04)
No
Aktifitas
Frekuensi respirasi
Frekuensi denyut nadi
Keterangan
sebelum
sesudah
sebelum
sesudah
1
Biasa/normal
12
-
78
-
Normal
2
Lari-lari kecil
12
38
78
102
Normal
3
Naik turun tangga
12
50
78
134
Normal
Atiqah             (05)
No
Aktifitas
Frekuensi respirasi
Frekuensi denyut nadi
Keterangan
sebelum
sesudah
sebelum
sesudah
1
Biasa/normal
12
-
87
-
Normal
2
Lari-lari kecil
12
34
87
106
Normal
3
Naik turun tangga
12
44
87
137
Normal
Aurora (07)
No
Aktifitas
Frekuensi respirasi
Frekuensi denyut nadi
Keterangan
sebelum
sesudah
sebelum
sesudah
1
Biasa/normal
13
-
85
-
Normal
2
Lari-lari kecil
13
35
85
110
Normal
3
Naik turun tangga
13
49
85
142
Normal
Putri    (26)
No
Aktifitas
Frekuensi respirasi
Frekuensi denyut nadi
Keterangan
sebelum
sesudah
sebelum
sesudah
1
Biasa/normal
12
-
84
-
Normal
2
Lari-lari kecil
12
36
84
105
Normal
3
Naik turun tangga
12
47
84
139
Normal
VII.          PEMBAHASAN
Dari data yang diperoleh, bahwa objek percobaan mengalami kenaikan frekuensi pernafasan dan denyut nadi setelah melakukan aktivitas. Besarnya kenaikan frekuensi tergantung pada jenis kegiatan. Seseorang yang melakukan kegiatan ringan akan mengalami kenaikan frekuensi yang lebih kecil dibandingkan melakukan kegiatan yang berat dan yang memerlukan banyak tenaga.
Pada saat melakukan aktivitas frekuensi pernafasan meningkat karena tubuh memerlukan banyak oksigen untuk melakukan pembakaran dalam tubuh untuk menghasilkan energi yang digunakan untuk beraktifitas dan memperkeras kerja jantung dalam memompa darah.  Ukuran rongga dada dipengaruhi oleh kegiatan otot pernafasan. Otot-otot ini berkontraksi dan relaksasi sebagai respon impuls saraf yang ditransmisi kepadanya dari pusat otak. Selain itu mekanisme yang paling umum untuk mengontrol hal ini ialah inhibisi umpan balik: Produk-akhir jalur anabolik menginhibisi (menghambat) enzim yang menngkatalisis langkah awal jalur. Hal ini akan mecegah pengalihan intermediet metabolik utama yang sedang digunakan untuk aktivitas yang lebih penting ke sesuatu yang kurang perlu. Sel juga mengontrol katabolismenya. Jika sel tersebut sedang bekerja keras dan konsentrasi ATP-nya mulai menurun, respirasi akan semakin cepat. Ketika terdapat banyak ATP untuk memenuhi permintaan, respirasi melambat, mencadangkdan molekul organik yang bernilai itu untuk fungsi lain. 
Semakin berat aktivitas yang dilakukan, maka semakin tinggi frekuensi denyut nadi. Pembuluh darah yang mengaliri kulit akan melebar untuk membawa lebih banyak panas keluar tubuh jika suhu tubuh meningkat, sehingga ini mengakibatkan tekanan darah menurun. Jika tekanan darah menurun, reseptor di arteri karotis akan mendeteksinya dan mengirimkan sinyal ke otak. Otak kemudian akan mengirimkan pesan ke jantung untuk mempercepat denyutnya sehingga aliran darah yang dipompa lebih besar dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah.     




VIII.       KESIMPULAN

Hubungan antara frekuensi denyut nadi dan frekuensi pernafasan adalah berbanding lurus, karena semakin berat aktifitas yang dilakukan maka semakin cepat frekuensi denyut nadi dan nafas. Pada saat melakukan aktivitas frekuensi pernafasan meningkat karena tubuh memerlukan banyak oksigen untuk melakukan pembakaran dalam tubuh untuk menghasilkan energi yang digunakan untuk beraktifitas dan memperkeras kerja jantung dalam memompa darah.